Info PTK - Sinar matari yang begitu menyengat, kendaraan yang padat merayap di Jalan Kapten Maulana Lubis, menyulut emosi puluhan guru honorer di Medan. Cuaca panas marak bersama amarah mereka yang selama ini terpendam.
Dengan seragam mengajar, para guru tersebut serempak meriakkan uneg-uneg mereka.
"Woi, Pak Eldin, keluar! Keluar, Pak Eldin! Bapak pejabat yang di dalam, dengarkanlah kami! Kami dibayar lebih rendah daripada buruh!" teriak para guru.
"Kami honor K2, SKTJM (Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak) kami sampai sekarang belum ditandatangani sama Pak Wali Kota! Kami udah lama mengabdi," kata Siska, seorang guru honor di SD Negeri Medan Tuntungan kepada Tribun.
"Gaji kami Rp 200 ribu, Pak, per bulan! Bayangkan! Tiga bulan sekali gaji kami dibayar! Bayangkan! Kami punya anak! Saya sudah 10 tahun mengajar, Pak!" tambah Siska.
Annisa, guru honorer lainnya yang mengajar di SD Medan Sunggal, ingin agar diangkat menjadi PNS tanpa testing."Kami sudah puluhan tahun. Angkat kami tanpa testing. Kami menjerit. Murid kami aja dulu sekarang udah jadi PNS. Karena banyak duitnya! Itulah bodong!" katanya.
"Kami terus dipersulit oleh Pemerintah Kota. Sudah setahun gak keluar SKTJM kami," kata Diah, guru SD Negeri Medan Sunggal.
"Sampai detik ini juga kami gak digubris sama sekali. Gaji kami di bawah gaji buruh. Abang bayangkan! Cuma Rp 200 ribu gaji kami!" kata Zahra Nasution, guru SD Negeri 58 di Marelan.
Pantauan Tribun, aksi unjukrasa para guru ini berlangsung riuh. Karena tak disambut oleh Wali Kota, mereka pun memblokir jalan. Mereka pun sempat cekcok mulut dengan polisi yang melarang mereka memblokir jalan.
"Jangan di jalan kalian!" kata polisi.
"Bapak gak ngerti penderitaan kami! jawab pedagang, marah dilarang memblokir jalan.
Selain guru honorer, sejumlah honorer lainnya dari Dinas Perhubungan dan Dinas Pertamanan juga ikut berunjukrasa terkait kapan mereka diangkat jadi PNS.
Dengan seragam mengajar, para guru tersebut serempak meriakkan uneg-uneg mereka.
"Woi, Pak Eldin, keluar! Keluar, Pak Eldin! Bapak pejabat yang di dalam, dengarkanlah kami! Kami dibayar lebih rendah daripada buruh!" teriak para guru.
"Kami honor K2, SKTJM (Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak) kami sampai sekarang belum ditandatangani sama Pak Wali Kota! Kami udah lama mengabdi," kata Siska, seorang guru honor di SD Negeri Medan Tuntungan kepada Tribun.
"Gaji kami Rp 200 ribu, Pak, per bulan! Bayangkan! Tiga bulan sekali gaji kami dibayar! Bayangkan! Kami punya anak! Saya sudah 10 tahun mengajar, Pak!" tambah Siska.
Annisa, guru honorer lainnya yang mengajar di SD Medan Sunggal, ingin agar diangkat menjadi PNS tanpa testing."Kami sudah puluhan tahun. Angkat kami tanpa testing. Kami menjerit. Murid kami aja dulu sekarang udah jadi PNS. Karena banyak duitnya! Itulah bodong!" katanya.
"Kami terus dipersulit oleh Pemerintah Kota. Sudah setahun gak keluar SKTJM kami," kata Diah, guru SD Negeri Medan Sunggal.
"Sampai detik ini juga kami gak digubris sama sekali. Gaji kami di bawah gaji buruh. Abang bayangkan! Cuma Rp 200 ribu gaji kami!" kata Zahra Nasution, guru SD Negeri 58 di Marelan.
Pantauan Tribun, aksi unjukrasa para guru ini berlangsung riuh. Karena tak disambut oleh Wali Kota, mereka pun memblokir jalan. Mereka pun sempat cekcok mulut dengan polisi yang melarang mereka memblokir jalan.
"Jangan di jalan kalian!" kata polisi.
"Bapak gak ngerti penderitaan kami! jawab pedagang, marah dilarang memblokir jalan.
Selain guru honorer, sejumlah honorer lainnya dari Dinas Perhubungan dan Dinas Pertamanan juga ikut berunjukrasa terkait kapan mereka diangkat jadi PNS.
Tagged @ Honorer
Tagged @ News Media
Tagged @ Non PNS
Tagged @ Pendidikan


0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten